Kronologi Asal-Usul Kericuhan di sorong,Monakwari,Fakfak,Papua



POKER88 Aksi massa di sejumlah wilayah Papua masih terus terjadi sampai Rabu . 

Aksi ini menjadi respons masyarakat Papua terhadap perbuatan rasisme yang menimpa mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya sejumlah waktu lalu. Sebelumnya, pada Kamis terjadi perselisihan antara sekelompok penduduk Malang dengan mahasiswa asal Papua, di area  Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur. Berdasarkan laporan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Malang, semua  mahasiswa asal Papua itu  dalam perjalanan dari Stadion Gajayana mengarah ke  Balai Kota Malang untuk mengucapkan  aspirasinya. Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) tersebut akan mengerjakan aksi damai di Balai Kota Malang, mengecam penandatanganan New York Agreement antar pemerintah Indonesia dan Belanda pada 15 Agustus 1962. 


Sekitar pukul 08.55 WIB, mereka mendarat di simpang empat Rajabali dan bertemu sekelompok penduduk Malang. Kemudian terjadi bentrokan atau adu mulut, yang berujung terjadinya bentrokan. Bentrokan antara kedua kelompok tersebut semakin memanas. Puncaknya, tidak cukup lebih pada pukul 09.20 WIB, kedua kumpulan* saling melempar batu. Aksi Rasisme di Surabaya Pada Jumat secara tiba-tiba selama 15 anggota yang berasal dari TNI mengunjungi asrama mereka di Surabaya. Dorlince Iyowau ketika dihubungi Tirto, Sabtu malam, pukul 21.30 WIB menuliskan tanpa permisi mereka menggedor gerbang asrama. Hal tersebut membuat kaget 15 mahasiswa, tergolong Dorli, yang sedang di dalamnya. Berdasarkan keterangan dari Dorli selama pukul 15.20 WIB TNI mendobrak pintu disertai ujaran rasis dan kebencian. Sikap arogan TNI tersebut, menurut keterangan dari Dorli, ditenggarai oleh bendera merah putih kepunyaan pemerintah kota Surabaya yang terpasang di depan asrama mereka, tiba-tiba telah berada di dalam drainase* air. 


POKERTERPERCAYA - Sementara Dorli mengaku, ia dan kawan-kawannya tak tahu soal urusan itu. "Karena kami tidak tahu soal tersebut [bendera merah putih] di dalam got. Kami mohon bernegosiasi. Tapi TNI menolak," ujarnya. "Dalam dua hari pemasangan [bendera itu] masih baik-baik saja. Munculnya permasalahan tersebut pada 16 Agustus kemarin tiba-tiba terdapat di got." Setelah TNI mendarat dan menggedor gerbang asrama mahasiswa Papua, menurut keterangan dari Dorli, datang lagi secara bertahap pihak Satpol PP dan organisasi masyarakat. Dalam situasi terkepung, Dorli menyatakan harus menyangga lapar, begitu pun dengan belasan kawan-kawan lainnya. Hingga kesudahannya datanglah 27 mahasiswa Papua lainnya, yang berkeinginan membawakan makanan guna mereka pada Sabtu siang tadi, selama pukul 12.00 WIB. Dorli dan 41 mahasiswa Papua lainnya bertahan sampai pukul 15.00 WIB, sebelum kesudahannya mendapat serangan gas air mata dan meringkuk di Mapolrestabes Surabaya. Kericuhan Mulai Terjadi di Papua Perlakuan rasisme yang dirasakan oleh mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya tidak segera mendapat respons dari pemerintah pusat maupun pemerintah wilayah Jawa Timur. Akhirnya pada Senin pagi situasi mengerikan menyelimuti Manokwari. Sejumlah jalan protokol ditutup mahasiswa dan masyarakat. Mereka protes sebab tak terima dengan rasisme dan persekusi terhadap sebanyak mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di Jawa Timur. Wakil Gubernur Papua Barat Muhammad Lakotani menyebut, massa sempat menghanguskan Gedung DPRD. Mereka pun merusak sejumlah kemudahan dan menciptakan lalu lintas di Manokwari jadi semerawut. “Massa ingin* beringas, sampai-sampai* kami tak dapat* mendekat, Gedung DPRD provinsi telah dibakar,” kata Lakotani dalam program Breaking News KompasTV, Senin pagi. 



Di samping di Manokwari, protes juga dilaksanakan ratusan orang--mungkin ribuan orang--turun ke jalan di Jayapura, Papua. Efek domino aksi massa yang terjadi di Manokwari, Papua Barat pun menjalar ke Kota Sorong. Bandara Domine Eduard Osok menjadi sasaran massa, mereka melempari kemudahan yang terdapat di bandara tersebut,Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menuliskan ada sejumlah kantor yang turut jadi sasaran aksi massa. "Ada sejumlah kantor, masih belum di-update. Kalau telah kondusif, aparat bareng pemda setempat bakal menginventarisasikan kehancuran properti di lokasi publik," ujar dia di Mabes Polri,. Beda Pendapat Antara TNI dan Polri Saat kerusuhan masih berlangsung, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo memberikan penjelasan pers untuk wartawan. Dalam pernyataannya, Dedi menyinggung kerusuhan di Papua Barat dirangsang provokasi penyebaran konten di sosial media. “Mereka lumayan terprovokasi dengan yang disebar akun di sosmed,” kata Dedi di Mabes Polri, Senin siang. Ia tak menyinggung kerusuhan tersebut dirangsang ulah rasis aparat dan masyarakat di Surabaya. Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyinggung kerusuhan yang terjadi di Papua memang dirangsang represi aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang. Namun, Tito mengupayakan “menghaluskan masalah” dengan menyinggung kerusuhan dirangsang kesalahpahaman. “Kemarin terdapat kesalahpahaman, lantas mungkin terdapat yang membuat ucapan-ucapan kurang nyaman, sehingga barangkali saudara anda terusik di Papua,” ucap Tito di Surabaya, Senin siang. Menko Polhukam Wiranto menampik dalil yang diajukan Tito Karnavian dan anak-anak buahnya. Meski tak menyinggung kerusuhan dirangsang rasisme aparat, Wiranto menyatakan kerusuhan itu dirangsang pernyataan negatif sebanyak pihak--termasuk aparat dan masyarakat. “Pemerintah menyesalkan adanya insiden yang ketika ini sedang berkembang mengenai pelecehan Bendera Merah Putih di Jawa Timur yang disusul dengan sekian banyak  pernyataan negatif oleh oknum-oknum yang merangsang aksi di sejumlah daerah khususnya di Papua dan Papua Barat yang nyata-nyata mengganggu kebersamaan dan persatuan anda sebagai bangsa,” kata Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam. Sama laksana Wiranto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun* tampak membantah penjelasan Tito. Khofifah yang justeru meminta maaf atas ulah sebanyak pihak tergolong masyarakat Jawa Timur yang melakukan rasis terhadap mahasiswa Papua. 



Berdasarkan keterangan dari Khofifah, rasisme itu adalah tindakan personal dan tidak menggambarkan sikap penduduk Jawa Timur. “Atas nama komitmen berindonesia, ayo kita tempatkan satu sama beda dengan saling memuliakan dan menghargai. Saya tadi bertelepon dengan Gubernur Papua, meminta maaf sebab sama sekali, bila [ular rasis] tersebut bukan mewakili suara Jatim,” kata Khofifah, Senin siang. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun meminta maaf atas tindakan sebanyak orang yang melakukan rasis terhadap mahasiswa di Asrama Papua. Namun, ia menampik andai ada pengusiran terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. “Kalau ada kekeliruan kami minta maaf, namun tak benar kami mengusir,” kata Risma, Senin siang situasi* di Papua masih belum kondusif. 



Dilansir dari Antara, Aksi massa yang terjadi di Fakfak, Papua Barat berujung pada pembakaran dan perusakan kemudahan umum. Seperti dikutip Antara, massa menghanguskan kios yang terdapat di Pasar Fakfak dan jalan mengarah ke ke pasar. Aksi massa pun terjadi di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, yang tadinya berlangsung kondusif, sekarang massa mulai melempari Gedung DPRD Mimika dengan batu. Wartawan Antara mengadukan dari tempat kejadian bahwa lemparan batu ke arah gedung DPRD Mimika yang terletak di Jalan Cenderawasih Kota Timika, mencuat selama pukul 13.00 WIT.

Posting Komentar

0 Komentar