ASAL USUL Sopir Selingkuh Istri bos IT,Bertemu di Surabaya lalu sewa Pembunuh Bayaran Rp 100 Juta


POKER88 YL (40) dan selingkuhannya, BHS (33), sempat menjalani hubungan asmara sekitar satu tahun* lamanya sebelum mereka merencanakan pembunuhan terhadap VT (42), suami YL.


Perkenalan dua-duanya terjadi di Surabaya selama akhir 2018.

Kala itu, BHS tengah menjadi pelaksana salah satu acara di ibu kota Jawa Timur tersebut. 

"Pertama kenal di pelatihan di Surabaya. Saya pelaksana event, istri korban di antara* peserta," kata BHS saat didatangi di Mapolsek Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (2/10/2019), laksana.

Setelah itu, dua sejoli ini mulai teratur berkomunikasi.  

POKERTERPERCAYA - Suami Komunikasi yang mulai intens menciptakan YL mulai membubuhkan* hati untuk BHS, begitupun sebaliknya.
Pertengahan tahun ini, BHS disuruH ke Jakarta guna bekerja di bawah komando VT yang adalah wiraswasta di bidang teknologi informasi.

Pekerjaan awal, kata BHS, ialah  sebagai sopir korban.

"Pada saat tersebut memang belum terdapat posisi apa-apa. Tapi suaminya paling tertarik dengan skill dan keterampilan saya. Ya telah untuk sedangkan waktu jadi driver," papar BHS.

Penawaran tersebut langsung disambut BHS.

Ia berangkat ke Jakarta pertengahan tahun ini dan mulai dekat dengan family VT dan YL.

IDNPOKER BHS menyatakan sangat senang dapat ke Jakarta. Sebab, hasratnya sekitar ini guna bekerja di Ibu Kota kesudahannya  terpenuhi.
Di Jakarta, hubungan BHS dan YL kian erat, ingin dibalut asmara.

"Jadi barangkali beliau nyaman dengan saya. Saya juga nyaman komunikasi dengan beliau. Jadi dekat seperti tersebut saja," kata BHS.

Adapun rencana pembunuhan terhadap VT bermula dari adanya keirihatian YL terhadap suaminya yang diperkirakan berselingkuh

Di samping itu, YL pun berencana menguasai harta suaminya bareng dengan BHS.

BHS dan YL kemudian berunding bagaimana metodenya menghabisi nyawa VT.

Akhirnya, pada Juni kemudian mereka sepakat memakai racun sianida guna diminumkan untuk VT.

Rencana pembunuhan dengan racun sianida ini tidak berhasil total sebab YL yang ditugaskan memberi racun tersebut malah tidak berani.

Padahal, sianida telah telanjur dibeli dan diracik.

Percobaan pembunuhan kedua direncanakan semenjak Juli lalu.

BHS dan YL mencarter dua orang berinisial HER dan BK yang ialah pembunuh bayaran.

Sesuai perencanaan, eksekusi terhadap VT dilaksanakan 13 September lalu.

Kala itu, BHS yang berada dalam satu mobil dengan VT berkendara di sekitaran Kelapa Gading.

Sesampainya di depan North Jakarta Intercultural School Kelapa Gading, BHS meminta izin terbit dari dalam mobil dengan dalil mual.


Saat itulah eksekusi dilakukan.

Salah satu pembunuh bayaran mendekat* VT yang sedang di kursi pengemudi dan menghunuskan pisau ke leher korban.

Melihat VT belum meregang nyawa, pembunuh ini mengupayakan menghunuskan pisau ke perut korban.

Akan tetapi, aksi ini gagal.

VT sukses melepaskan diri dan mengendarai mobil menjauhi TKP.

VT lalu mengarah ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan sebelum akhirnya mengadukan kejadian itu ke Mapolsek Kelapa Gading.

Ambil deviden BHS diam-diam memanfaatkan kondisi dengan memungut keuntungan dari prahara lokasi tinggal tangga majikannya.

Berdasarkan keterangan dari Kapolres, BHS dua kali menipu YL berhubungan pembiayaan gunu rencana pembunuhan VT.

Pertama, BHS menipu YL ketika berkeinginan membeli sianida guna meracuni suaminya. Ia mengaku untuk YL andai sianida mesti dibeli di Singapura ekuivalen 3.000 dollar Singapura atau selama Rp 30 juta.

Untuk menemukan uang sejumlah itu, YL sampai menculik ATM suaminya.

Kenyataannya, BHS melakukan pembelian sianida tersebut melalui online ekuivalen* sekitar Rp 500.000.

BHS lantas* berangkat ke Singapura untuk memungut uang dari ATM kepunyaan suami YL.

"Racun sianida tersebut terbukti dibeli secara online di Indonesia," ungkap Budhi.

"Itu melulu pengakuan BHS untuk YL supaya diberikan duit lebih untuk melakukan pembelian barang tersebut," ucapnya.

Penipuan kedua, BHS menganjurkan YL untuk mencarter dua pembunuh.

BHS pulang meminta duit Rp 300 juta untuk YL untuk menunaikan BK dan HER.

Bingung mesti cari duit di mana, YL darurat menggadaikan mobil dan emas.

Ia pun mencuri duit suami untuk mengisi permintaan BHS. Uang Rp 300 juta tersebut akhirnya YL berikan untuk BHS.

Namun, BHS justeru menggunakan mayoritas uang tersebut untuk foya-foya.

Sebanyak Rp 100 juta untuk menunaikan BK dan HER.

"Sisanya yang Rp 200 juta dipakai oleh BHS guna berfoya-foya," ujar Budhi.

Akhirnya, pada 16 September 2019 polisi sukses meringkus BHS di Bali, lalu menciduk YL di kediamannya.

BHS dan YL dijerat 340 KUHP juncto Pasal 53 KUHP mengenai pembunuhan berencana subsider Pasal 353 Ayat 2 KUHP.

Sopir dan majikan perempuannya tersebut terancaman hukuman maksimal seumur hidup.

Sementara BK dan HER masih ditelusuri polisi.




Posting Komentar

0 Komentar