FAKTA TENTANG KEBUDAYAAN NIAS YANG PERNAH DITAKUTI KOLONIAL BELANDA


POKER88 TERPERCAYA - Tano niha alias pulau nias adalah tempat tinggalnya para sparta indonesia. Kebudayaan warisan leluhur yang masih terjaga hingga sekarang telah membentuk pemuda-pemuda dengan nyali pertarung sejati. Melompati hombo batu, tarian perang foluaya, oma sebua, sejarah suram belanda yang sulit menaklukkan nias, dan lainnya.


1. Hombo Batu.
Awalnya, tradisi lompat batu ini untuk membuktikan kematangan dan kedewasaan seorang pria. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini telah berubah menjadi adu ketangkasan bagi para pemuda nias. Uji fisik mental para pemuda nias diuji dengan melompati susunan batu megalitik membentuk piramid setinggi dua meter. Melompati batu setinggi dua meter dengan lebar 90 cm dan panjang 60 cm bukanlah hal yang mudah. Tak sedikit yang gagal melakukan lompatannya. Maka, ketika terdapat seorang pria yang sukses melompati hombo batu dalam satu kali lompatan merupakan suatu kebanggan yang harus disyukuri. Agar kesuksesan bisa direngkuh, para pemuda suku nias mulai melatih fisik dan mental sejak usia 7 hingga 12 tahun. Tradisi hombo batu bisa ditemukan di desa bawo mataluo ( bukti matahari), nias.


2. Mereka Yang Sanggup Melewati Hombo Batu Akan Dijadikan Prajurit Untuk Melindungi Desa.

Para pemuda yang telah berhasil melewati hombo batu akan ditugaskan untuk menjaga desa dari konflik peperangan antar desa. Kekuatan fisik dan mental yang telah dilatih selama proses pelatihan melompati hombo batu menjadi modal yang kuat untuk menangkis serangan lawan. Harapannya, para pemuda terpilih tersebut sanggup melawan serangan lawan.


3. Banyak Yang Percaya, Keberhasilan Para Pria Melewati Hombo Batu Dipengaruhi Oleh Garis Keturunan.

Meskipun sudah berlatih dengan keras, tidak semua laki-laki bisa melewati hombo batu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, berhasil tidaknya melampaui hombo batu pun dipengaruhi oleh faktor garis keturunan. Konon, jika ayah atau kakek dari laki-laki pelompat batu sudah handal melewati hombo batu, maka anak laki-laki tersebut bisa sukses melakukannya juga. Begitupun sebaliknya, ketika dulu ayah atau kakeknya mengalami kesulitan saat melompati hombo batu, warga setempat percaya anak laki laki mereka pun juga akan mengalami hal yang sama.


4. Nias Punya Tarian Adat Faluaya, Tari Perang Sebagai Lambang Ketangguhan Suku Nias.
Suku nias memang dikenal sebagai spartan-nya indonesia. Selain tradisi hombo batu sebagai bukti ketangkasannya para pria nias punya tarian perang bernama foluaya.. Tarian perang foluaya ini merepresentasikan sejarah peperangan antar suku nias yang sempat terjadi. Selayaknya seorang kesatria dalam perperangan, setiap penari membawa tameng (baluse), pedang (gari), dan tombak (toho) sebagai alat pertahanan. Kemunculan tarian perang foluaya tak bisa dijauhkan dari pengaruh hombo batu. Tarian adat ini muncul setelah berakhirnya masa perperangan antar desa di nias. Sebelum tarian ini ada, pemimpin desa berinisiatif mengumpulkan pemuda desa untuk dilatih perang. Mereka dikumpulkan untuk melindungi diri dari serangan suku lain. Salah satu latihan fisik yang dilakukan adalah dengan cara melompati hombo batu. Mereka yang terpilih, akan dikelompokkan menjadi sekumpulan prajurit yang melindungi desa.


5. Ono Niha, Sparta Indonesia Yang Bahkan Sulit Ditaklukkan Belanda.
Ono niha yang artinya anak keturunan nias memamng memiliki jiwa pertarung yang mengerikan. Pelatihan fisik dan mental yang kuat menciptakan karakter-karakter pejuang yang siap membela tanah leluhurnya. Sejarah mencatat, belanda harus melakukan tiga kali ekspedisi militer untuk menguasai nias. Tepatnya pada tahun 1756,1855, dan 1856. Masyarakat nias memang pejuang hebat. Ketiga ekspedisi militer yang dilancarkan belanda tak berbuah manis. Para pasukan belanda akhirnya mengaku kekuatan para pejuang nias yang dipimpin oleh raja orahilli. Maka, pantas lah kalau orang-orang belanda menjuluki raja orahili sebagai " De verdijiver der hollandes" (Pengusir orang orang belanda).


6. Nias Memiliki Bahasa Daerah Li Niha Yang tidak Memiliki konsonan Di Akhir Katanya.
Bahasa Li Niha dipengrauhi oleh rumpun bahasa melayu - polinisia yang ada pada bahasa li niha. Setiap akhir katanya tidak memiliki akhiran konsonan. Misalnya seperti pada kata "ono niha yang berarti anak keturunan nias, manga yang artinya makan, atau foto yang berarti burung. Keunikan lainnya bahasa li niha memiliki 6 huruf vokal yaitu a,i,u,e,o, dan huruf o pengucapan huruf o speerti saat kita mengucapkan kata " enam, seperti, dan senang".


7. Ya,ahowu, kata salam yang diucapkan suku nias.
Jika punya teman yang berasal dari nias, pasti tidak asing dengan ucapan salam ini. ya,ahowu merupakan salam yang biasa disampaikan masyarakat setempat untuk menyapa masyarakat nias lainnya. Jika diartikan, ya'ahowu memiliki makna " Semoga diberkati"


8. Menurut arkeolog puslitbang arekologi nasional, leluhur suku nias berasal dari daratan di asia tenggara yang sekarang bernama taiwan.
Ono niha yang berarti keturunan anak manusia nias ini memiliki kulit langsat dan memiliki mata lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat indonesia pada umumnya. Setelah dilakukan penyelidikan dan penelitian genetika, ditemukan bahwa leluhur suku nias berasal dari taiwan.
Hasil penelitian ini diungkapkan oleh mahasiswa doktoral dari departemnet of forensic molecular biology, erasmus mc university medical center rotterddam di lembaga bilogi molekuler ejikman pada 2013 lalu menurutnya, masyarkat nias berasal dari bangsa austronesia yang diperkirakan datang dari taiwan melalui jalur filipina pada 4000 hingga 5000 tahun silam.































AGEN POKER UANG ASLI

Posting Komentar

0 Komentar